Analisis Keberlanjutan Kampung Tematik “Wonosari Go Green”

Tingginya tingkat urbanisasi masyarakat menyebabkan masalah lingkungan seperti banjir dan sampah. Tingkat Kondisi tersebut perlu ditangani dengan pengelolaan potensi lokal berbasis pemberdayaan masyarakat, dimana potensi lokal dapat ditinjau dari dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dan dimensi sosial-budaya, sehingga dengan mengangkat potensi tersebut suatu daerah lebih dapat bertahan dari krisis. Upaya pengangkatan potensi lokal dapat dilakukan dengan pembangunan kampung tematik seperti yang sudah dilakukan Kampung Tematik Wonosari Go Green di Jl.Karya Timur, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, namun masih banyak kampung tematik yang tidak berkelanjutan, maka dari itu perlu untuk menganalisis tingkat keberlanjutan kampung tematik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan indeks dan status keberlanjutan program Kampung Wonosari Go Green, (2) Mendeskripsikan faktor kunci atau atribut dari dimensi yang berpengaruh sensitif terhadap program Kampung Wonosari Go Green. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif, alat analisis yang digunakan ialah Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH). RAPFISH digunakan untuk mengetahui tingkat keberlanjutan dari suatu sistem atau aktivitas ekonomi. Adapun analisis RAPFISH bersifat multi-dimensi, yaitu yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, ekologi, dan sebagainya. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan purposive sampling, dengan responden ialah warga yang terlibat aktif dalam pengembangan kampung tematik Wonosari Go Green, seperti ketua RW, ketua RT, kelompok ibu-ibu, dan kelompok tani. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 31 responden dengan penentuan 2-3 kali dari jumlah atribut. Adapun banyaknya atribut ialah 6-12 atribut tiap dimensi. Terdapat analisis ordinasi, leveraging, dan monte-carlo dalam penelitian RAPFISH dengan diagram, ordinasi, dan sebaran sebagai output. Hasil penelitian menguraikan bahwa nilai indeks pada dimensi secara keseluruhan (ekonomi, ekologi, sosial-budaya) ialah sebesar 52,33% dengan status cukup berkelanjutan. Adapun secara parsial menunjukkan bahwa dimensi ekologi memiliki nilai indeks terendah yakni 46,50% dengan status kurang berkelanjutan. Adapun faktor kunci pada dimensi ekonomi ialah peningkatan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, dan kemerataan keuntungan. Pada dimensi ekologi ialah pengelolaan sampah, penataan estetika, dan eksternalitas. Sedangkan pada dimensi sosial budaya ialah tingkat regenerasi